Ketika...kamu dokter atau polisi lalu lintas?

Akhir-akhir ini suka miris liat berita orang2 yang memojokkan profesi dokter. Rasanya masih jelas dalam ingatan kita semua (kok bahasanya jadi resmi gini yak?hahaha) gimana berita menyalahkan dokter yang menolak pasien, dokter yang dibilang kayak polisi lalu lintas, dan lain sbagainya. Di postingan kali ini, aku akan coba membagi sdikit mngenai keresahan aku ttg omongan mengenai dokter di luar sana.

Sbenernya apakah kita benar menolak pasien? Aku yakin para teman sejawat di RS gak niat sama skali utk menolak pasien, tapi memang terkadang keadaan yang gak memungkinkan, misal ruangan penuh. Kalo memang ruangan sperti ICU penuh, dimana setiap pasien yang make ICU itu perlu perawat khusus dan alat2 khusus, lalu kalo penuh dan tetap dipaksakan masuk dg alat skedarnya...bukannya malah merugikan pasien ya?

Dan apakah benar kita seperti polisi lalu lintas? Aku juga bingung disini. Pasien yang ditilang, jelas dia bersalah dalam mengendarai kendaraannya di jalan. Tapi kalo pasien? Pasien yang sakit, itu adalah kehendak Tuhan, kita gak ada yang mau sakit. Kalo mau berpikir lebih jernih, lihatlah bahwa ketika misalnya kamu sakit dan pergi ke dokter, mungkin memang Tuhan sedang memberi rezeki kepada dokter melalui sakitnya kamu. Sang dokter juga punya keluarga, punya anak yang harus bersekolah, punya beban keluarga yang harus ia tanggung. Mendapat sedikit jasa dari profesinya yang luhur, apakah salah?

Tapi memang, tanpa bermaksud menyombongkan suatu profesi, semakin mulia suatu profesi, maka semakin rentan pula batas putih hitamnya. Misalnya hakim. Hakim yang adil, pahalanya luar biasa. Tapi bgitu ia berbuat tidak adil? Tuhan pun akan sangat murka. Demikian juga dengan profesi dokter. Di satu sisi, dokter bisa menjadi sangat mulia, tapi ketika ia 'mempermainkan' pasien untuk uang semata, tentu akan menjadi sangat hina. Ini aku rasa juga berlaku buat pejabat atau presiden. Iya bukan?

Di sisi lain, kadang aku juga sedih melihat banyak teman sejawat yang digaji tidak layak. Tapi aku juga sedih bila melihat dokter yang tak berhenti mengeluh soal gaji. Haha. Bingung kan? Nah ini yang harus aku tegaskan, bahwa menjadi kaya bukanlah tujuan yang baik ketika memutuskan untuk jadi dokter. Serius. Berapa banyak sih dokter fresh graduate yang gajinya lbh dari 10juta? Hampir enggak ada. Klinik aja ada yang ngegaji dokter 150rb perhari utk kerja 24 jam, nah kalo dia kerja 30 hari nonstop gila aja cuman kekumpul berapa tuh? hehehe. Lebih banyak lulusan teknik perminyakan yang gajinya puluhan juta daripada dokter. Gak percaya? Silakan liat sendiri buktinya di lapangan hahaha.

Inget banget percakapan sama temen cewekku yang sepantaran sama aku, dan kerja di perusahaan yang sama dengan suami. Sebut saja dia X. Dia punya adek asuh, yang awalnya pengen masuk kebidanan. Ini kita sebut Y.

X: kamu mau kuliah kebidanan?
Y: iya mbak..
X: udah gak usah, kamu pengen kaya atau apa? kalo pengen cepet kaya, mending masuk perminyakan aja. trus kamu ngelamar di prusahaan minyak deh, hehe

Percakapan ini diceritain sama X ke aku. Dan apa aku tersinggung? ENGGAK sama skali. Memang profesi medis itu gak bisa dipakai untuk tujuan utama pengen kaya, kalo pengen kaya, skalian jadi pebisnis atau pengusaha aja juga lebih mantap. Hihihi. Justru bagi aku, penting banget untuk menegaskan ini sblm seseorang msuk kedokteran, biar dia tau paitnya dulu. Dan meski kita mungkin tidak sekaya profesi lain, tapi ingatlah, ada kekayaan lain yang kita dapat, yaitu kepuasan dan kebahagiaan kita saat bisa meringankan beban pasien yang sakit atau sekedar berbagi ilmu saat memberi penyuluhan... Benar?

Jadi menjadi dokter tetap tujuan utama HARUS utk menolong sesama, dan menjadi KAYA insyaAllah adalah efek sampingnya :)) Ingat rejeki Tuhan kan gak slalu dlm bentuk materi, bisa dengan diberi pasangan yang setia, anak yang sehat, orang tua yang msh ada, dan lain sbagainya :)

Hmm kayaknya aku udah kelamaan bicara ya, hahaha.. Well smoga bisa lbh membuka mata untuk kita memandang profesi dokter ya :D aku sih bersyukur karena punya suami yang slalu ngingetin bahwa saat jadi dokter, aku gak usah ngejar materi, tapi lbh biar gak lupa ilmu sama bisa nolong orang. Makanya doakan aku bisa skolah lagi ya (eits jadi ngelantur) :) Dan akhir2 ini aku juga sering bersyukur, untunglah suami aku bukan dokter. Maaf sama skali gak bermaksud untuk memojokkan yang suaminya berprofesi dokter, tapi entahlah...rasanya lebih adem ayem ngeliat suami fokus di tmpt kerjanya skg drpd membayangan dirinya seorg dokter yang lagi mati2an kerja di RS dan masih dimaki2 oleh media :|

Aaaah sudahlah, Tuhan pasti membalas jasa2 dokter yang mulia, jauh lebih besar lagi :) See you on my next post!

Comments

Popular posts from this blog

Ketika...gosip jangan (dulu) dipercaya

Ketika... akhirnya SpDV!

Ketika...the beauty of hijab:)